Kemarin sore, saya mengucapkan kata pertama padanya… walau hanya begitu, namun saya sangat bahagia. Saat saling berbicara, rasanya saya sedang melayang-layang di udara. Saat saling berbicara, rasanya seluruh tubuh saya bergetar tak terhingga. Walau hanya begitu, namun saya sangat bahagia. Sebab saya mencintainya... sebab saya juga memujanya... dan sebab dia tak tahu apa-apa tentang rasa hati saya.
Kemarin sore, adalah sore terindah dalam hidup saya... walau hanya sedikit bercakap-cakap, namun saya sangat senang. Saat saya menatap matanya yang dingin. Saat saya mendengar suaranya yang maskulin. Walau hanya sedikit bercakap-cakap, namun saya sangat senang. Sebab saya menyukainya... sebab saya juga mengaguminya... dan sebab dia tak tahu apa-apa tentang gejolak hati saya.
Kemarin sore, seandainya saya bisa mengulanginya lagi... saya ingin menghabiskan tigapuluh detik itu dengan sangat cermat. Bukan hanya bertanya tentang hal-hal yang tidak penting. Namun saya akan mengungkapkan kegalauan hati saya karenanya. Walau hanya tigapuluh detik, namun saya sangat gembira. Sebab saya menyayanginya... sebab saya juga mengimpikannya... dan sebab dia tak tahu apa-apa tentang isi hati saya.
Kemarin sore, seandainya saya bisa meminta sang waktu untuk berhenti sejenak... saya ingin mengenalinya lebih dalam lagi. Menikmati saat-saat yang terhenti itu dengan baik. Merekamnya dalam memori saya. Lalu saya juga akan mengungkapkan betapa hati saya telah tercuri olehnya. Walau hanya sejenak, namun saya sangat mensyukurinya. Sebab saya mengkasihinya... sebab saya juga menginginkannya... dan sebab dia tak tahu apa-apa tentang andai-andai saya.
Kemarin sore, adalah sore terindah dalam hidup saya... sebab saya bisa bercakap-cakap dengannya selama tigapuluh detik untuk pertamakalinya. Dan sore itu tak akan pernah saya lupakan, sebab kemarin sore adalah sore termegah dalam kisah kasih saya.
(Jogja, 28 Oktober 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar