Langit kemarin malam terlihat indah… penuh dengan pernak-pernik bintang yang megah… kini yang Julia rasakan dalam dada adalah gundah… dia merasa dalam hatinya ada yang salah… walau pada akhirnya dia hanya bisa pasrah…
Ketika sedang sendirian, Julia mulai berkhayal macam-macam… Mengkhayalkan sosok idamannya… Menghkhayalkan kehangatan tubuh lelaki perkasanya… Kemudian Julia tak kuasa lagi menahan diri untuk tidak menggesekkan kemaluannya pada bantal… Julia sedang gila cinta dan dimabuk birahi…
Kembali dia mengingat-ingat malam itu… Ketika lelakinya memberikan senyuman padanya… ketika lelakinya mengucapkan sapaan pertamanya… ketika lelakinya membalas emailnya… Julia tergetar dan terisak antara haru dan bahagia… padahal dalam kasus ini seharusnya dia bahagia seperti perempuan-perempuan lainnya yang akan ketawa-ketiwi tanpa sebab, yang akan menyebut-nyebut nama lelaki mereka… Namun Julia sangat berbeda… yang dia inginkan bukan hanya cinta saja… Julia juga menginginkan raga yang saling menyatu padu…
Dalam isak tangisnya Julia tersenyum… hingga pada akhirnya dia mengerang senang… dia telah mendapatkan orgasmenya… Julia puas. Walau bercinta tanpa lelakinya… walau bercinta hanya dengan bantal… walau dia hanya masturbasi saja… dan baginya itu tak mengapa.
Dua malam kemudian Julia berjumpa dengan lelakinya. Bukan pertemuan yang tak disengaja… sebab Julia memang sengaja ke tempat kerja lelakinya sambil berpura-pura hendak menyewa film. Dan pada akhirnya percakapan pun dimulai. Julia dan lelakinya tengah berbasa-basi mengenai film box office. Beberapa menit kemudia mereka berbicara tentang kuliah. Lalu malam pun terlalu larut hingga dengan terpaksa lelakinya menawarinya pulang bersama. Julia sangat bahagia… tak-tiknya berhasil pada langkah pertama.
Langkah keduanya sedang dipertimbangkan… sebab Julia takut lelakinya akan menolak dan menganggapnya sebagai perempuan gampang. Padahal bukan begitu… Julia hanya mau bercinta dengan lelaki yang dicintainya saja. Julia masih perawan walau hampir tiap malam dia masturbasi. Pikiran Julia melayang jauh pada kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi. Baru kali ini Julia jatuh cinta. Julia jatuh cinta pertama kali di usianya yang ke duapuluh dua. Lalu kemana saja hatinya selama ini?
Kegagalan pada langkah kedua pun terjadi… Julia tak berani. Bukan karena dia perempuan lalu dia takut memulai. Namun karena dia benar-benar cinta pada lelakinya dan takut kehilangan kesempatan untuk kedekatan yang lain. Lalu kembali seperti sedia kala… seperti malam-malam biasanya… Julia bercinta dengan bantal… seorang diri di kamar kostnya. Dia hanya masturbasi saja.
Kawan-kawannya selalu bilang kalau Julia gila. Bukan gila yang sebenarnya, namun gila dalam artian yang biasa dicandakan oleh anak-anak muda pada umumnya. Mereka bilang Julia gila karena Julia terlalu mengagumi lelakinya… mengagumi tubuh gagahnya… mengagumi wajah maskulinnya… mengagumi cara berjalannya… mengagumi cara bicaranya… mengagumi segalanya yang dimiliki lelakinya… dan sayangnya lelakinya tak pernah tahu dan tak pernah menyadarinya. Sebab bagi lelakinya Julia hanya teman biasa. Teman kampus saja. Teman kampus yang pernah mengirimi email tentang solidaritas remaja kampusnya. Tak lebih dari itu.
Lelakinya tak pernah tahu apa yang biasa Julia pikirkan… apa yang biasa Julia harapkan… Apa yang biasa Julia khayalkan ketika sedang masturbasi di kamar kostnya… bahkan tentang masturbasi pun lelakinya tak pernah akan menyangka. Sebab hanya Julia yang tahu… hanya Julia, bantalnya, dan dinding putih kamar kostnya saja yang tahu…Tak mengapa bagi Julia sebab dia hanya masturbasi saja…
Lalu kembali seperti sedia kala… seperti malam-malam biasanya… Julia bercinta dengan bantal… seorang diri di kamar kostnya. Dia hanya masturbasi saja… dan baginya itu tak mengapa.
October 13th, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar