Senin, 05 Maret 2012

Extraordinary Me

Suatu peristiwa baru-baru ini menggugah saya pada masa lalu yang sangat ingin saya kubur dalam-dalam. Terlalu pedih dan menyakitkan hingga saya tak dapat lagi melupakan tiap detailnya. Dan beginilah saya dulu.

Duduk menyudut dengan posisi kaki menekuk melindungi badan saya. Menangis dengan posisi wajah menunduk di kedua lutut saya. Takut. Pedih. Luka. Marah. Tersingkir. Tertekan. Benci. Menjadi satu bercampur dalam benak saya saat itu. Why? Itu saya saat hanya bisa diam dan tak mampu membela diri saya. Itu saya saat orang yang bahkan sangat saya harapkan memilih untuk tidak melindungi saya.

Dan saat itu saya yang sedang mengandung anak semata wayang saya pun hina dan tak pantas. Karena apa? Karena keberadaan saya yang menurut mereka entah mengganggu atau sasaran empuk limpahan emosi para ipar saya. Ya. Ipar saya. Maaf, maksud saya mantan ipar saya.

Ketika kehamilan membuat saya banyak tidur dan lemah dengan tekanan darah yang turun drastis, mereka menganggap saya pemalas yang tidak produktif. Namun tidak pedulilah mereka bahwa ada suatu masa di mana saya duduk membungkuk memotongi lembar demi lembar kertas agar terbentuk kartu nama demi lima ribu rupiah tiap kotaknya yang tak pernah saya dapatkan dari mantan suami saya. Mereka hanya mau melihat yang buruk bagi mereka dan menutup mata akan apa yang saya perjuangkan.

Bersama-sama mereka mengata-ngatai saya di luar sana. Mantan suami saya tak sedikitpun membela saya. Menurutnya, mereka lebih tua dan tak patut dicela. Maka celakalah saya.

Hampir sama dengan belasan tahun sebelumnya saat saya meringkuk dengan campuran perasaan yang sama jauh di kolong tempat tidur. Karena apa? Karena mantan ayah tiri saya yang sedikit-sedikit melimpahkan amarahnya pada saya dengan pukulan-pukulannya di wajah saya. Lalu pantaskah saya diperlakukan demikian? Pantaskah saya dibiarkan sedemikian rupa terpuruk tanpa pembelaan?

Bahkan sampai detik ini saya sangat membenci orang-orang ini. Mereka yang sudah menguras air mata saya. Melukai. Menekan. Menyiksa. Mencela. Memaki. Menjadikan saya sand-sack tinju mereka. Bukan salah saya jika maaf bagi mereka masih terlalu jauh.

Lalu dengan menulis ini, semua luka saya kembali datang satu persatu. Menyakitkan. Membuat saya terdiam dan bersyukur saya bisa melewati semua itu dengan hebat. That's why I'm an extraordinary.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar